Makanan dan Minuman*
Karya ‘Alaa al-Deeb
Ada tetangga baru tinggal di samping hunian kami. Kami tidak pernah melihat ada yang masuk. Seperti halnya aku pun tidak pernah melihat istri dan anak-anaknya. Seberkas cahaya yang asing membentang dan cahaya itu tetap menyala sepanjang siang dan malam. Di pintu ruang apartemennya, tergantung papan yang sudah rapuh dan usang bertuliskan “Profesor Kimia”.
Setiap malam aku ke melewati apartemennya dan membeli roti panggang untuk keluargaku. Aku berhenti di depan kaca yang kuning di pintu apartemennya. Cahaya asing itu membangkitkan ketertarikanku. Tapi aku tidak bisa mendengar suara apa pun. Aku mendengar suara langkah kakinya dan aku pun mendengar suara keran yang dibuka. Tapi aku tidak dapat mendengar suara lain.
Aku kembali dari tempat bekerja sambil membawa roti yang panas. Untuk ke sekian kalinya aku berhenti di kaca kuning itu, tapi aku tidak pernah mendapatkan jawaban.
Ketika aku ingin bertanya apakah mereka lebih besar dariku atau dari ayahku atau tetangga lainnya, misalnya. Aku merasa dia menjauhi pertanyaanku dan memilih mengalihkannya dengan tema yang lain.
Pada suatu malam di bulan Agustus yang panas, aku melihat kaca kuning itu terbuka. Di sela pintu besinya, aku melihatnya bergerak di dalam apartemen yang gelap. Dia memakai pakaian yang aneh, antara baju panjang dan kemeja yang tertutup atau seperti baju dokter.
Aku kembali membawa roti yang panas, aku mendekati celah pintu itu, dia berkata dengan nada menginterogasi.
Apakah kamu bisa mebelikanku roti?
Aku menjawab: ini adalah makan malam dan sarapan untuk keluargaku, tapi aku bisa memberikanmu jatah makananku.
Dia makan roti dariku dan tersenyum dengan senyuman yang indah. Dia kembali ke apartemennya yang gelap dan kaca kuning itu kembali menghalangiku dari segala sesuatu.
Pada suatu hari aku mencoba mengintip dengan mataku dan menguping di balik kaca kuning itu. Tiba-tiba dia membuka pintunya dan berkata dengan nada suara datar seperti yang sebelumnya.
Mengapa kamu tidak mengetuk pintu?
Bukankah kamu tidak membukanya untuk seorangpun? balasku.
Apakah kamu mengetuknya? Masuklah. Mengapa tidak masuk?
Di tengah ruangan ada meja yang besar dan di atasnya ada alat yang menyerupai mikroskop dan gelas dengan ukuran yang berbeda-beda, di dalamnya terdapat air.
Aku tidak menyia-nyiakan waktu, aku bertanya apa yang dia lakukan.
Dia menjawab: aku meneliti air, apakah kamu ingin melihatnya?
Dia menuntunku pada alat itu, aku meletakan mataku di atasnya dan melihat sesuatu yang aneh. Aku melihat banyak makhluk kecil yang saling membunuh dengan ganas, memotongkan lengan makhluk yang lainnya, mematahkan lehernya dan memotong lidahnnya, aku melihat tumpukan lengan-lengan kecil dan potongan kaki-kaki, makhluk-makhluk itu juga menghancurkan kepala-kepala yang kecil.
Aku mengangkat kepalaku, kaget.
Apakah kamu tahu apa yang kamu lihat?
Aku menjawab: sesuatu yang mengerikan
Tidak, itu hanya setetes air
Aku berkata: aku tidak akan minum lagi setelah hari ini
Tapi kamu akan minum jika kamu haus
Aku pun pergi dengan bersegera
*Terjemahan Cerpen Arab ”الطعام والشراب” dari antologi cerpen “المسافرالأبدي” karya ‘Alaa al-Deeb
‘Ala al-Deeb adalah Sastrawan dan Novelis Kontemporer Mesir yang lahir tahun 1939 dan meninggal tahun 2016. Sarjana Hukum lulusan Universitas Kairo tersebut produktif menulis crepen, novel, dan karya terjemahan. Dia juga termasuk salah seorang yang yang mempopulerkan genre Qishah Qashirah Jiddan (QQJ). Cerpen ini merupakan salah satu karyanya yang termasuk dalam QQJ.
Teks Arabnya dapat diunduh pada link berikut: المسافر الأبدي