Ibnu Al-Jauzi mengisahkan dalam kitabnya, Akhbâr Al-Nisâ’ tentang orang sinting yang dulu dikenal sebagai Faurak si Gila. Telah lama keluarganya merasa resah dan gundah menghadapi kelakuan Faurak. Dia tak lebih dari seorang abnormal pembuat onar dan kegaduhan.
Merasa tidak kuat menghadapi Faurak, akhirnya didatangkanlah seorang tabib kesohor bernama Abdul Aziz. Dia diundang untuk melakukan pengobatan pada Faurak dengan harapan supaya dia bisa sembuh total seperti sediakala.
“Bagaimana kabar kamu, wahai Faurak?” Kata tabih kesohor itu.
“Demi Allah, aku tidak gila seperti yang mereka tuduhkan. Lagian untuk apa mereka datangkan tabib ini. Aku tidak sedang gila. Aku sedang jatuh cinta!” balas Faurak sengit.
Lalu ia bersenandung:
أتوني بالطبيب فعالجوني
على أن قيل مجنون غريب
Mereka mendatangkan seorang tabib untuk mengobatiku
Dengan tuduhan bahwa aku sinting dan gila
طبيب الأجر فيه عساه يوما
من الأيام يعقل أو يتوب
Semoga tabib pencari upah ini
Kelak bisa sadar dan bertaubat
وما صدقوا الفتى محوى قلبي
أجل من أن يعالجه الطبيب
Mereka tak percaya padaku, pemuda yang hatinya telah penuh
Dengan sesuatu yang lebih agung untuk diobati seorang tabib
وما بي جنة لكن قلبي
به داء تموت به القلوب
Aku tidak sedang gila, hanya saja dalam hatiku
Mengendap penyakit yang mampu membunuh hati
وما عبد العزيز طبيب قلبي
ولكن الطبيب هو الحبيب
Abdul Aziz bukanlah tabib hatiku
Tabib hati hanyalah kekasihku
Akhirnya, Faurak tidak bisa disembuhkan. Bahkan tabib kesohor macam Abdul Aziz tidak bisa memberikan “pertolongan”. Sayang sekali, banyak orang divonis gila hanya karena jatuh cinta. Cinta dan gila memang tak ada beda. Keduanya benar-benar luar biasa. Bila Anda tidak mau menjadi orang gila, lalu bagaimana ketika Anda sedang jatuh cinta?
Wallahua’lam…