Duhai, engkau yang hidup di bawah tanah
Suaramu masih saja terngiang di antara kami
Engkau masih datang dan duduk bersama kami
Lalu berkata: “Allah telah berfirman dan Rasul telah bersabda!”
Seakan-akan wajahmu malam dengan rembulannya
Yang cahayanya terus bertambah pada tiap masa
Seakan-akan kuburmu taman hijau yang asri
tanahnya bak mutiara, debunya bak zamrud
Pakaianmu yang putih pun bertambah putih
Seakan-akan ia diperbaharui, dari bawah tanah
Belum pernah ada yang datang dari lubang dan galian
Sepertimu, yang kelopak matanya masih terhias celak hitam
Apakah engkau hidup, namun mata kami tak melihatnya
Atau telah mati, namun terlahir setiap hari?
Duhai sang pemimpin baik hidup dan matinya
perpisahan ini, sungguh api yang tak mau padam
Duhai, yang singgah pada setiap hati
Syair dan qasidah akan ikut mati, setelah tiadamu
يا أيها الحيُ الذي تحتَ الثرى
مازالَ صوتُكَ بيننا يتردد
مازلتَ تأتينا وتجلسُ بيننا
وتقول: قال اللهُ قالَ محمد
وكأنَّ وجهكَ ليلةٌ قمريةٌ
النورُ من أنوارها يتزود
وكأنَّ قبركَ روضةٌ مخضرةٌ
فالطينُ درٌ والترابُ زُمرد
وثيابكَ البيضاءُ زادَ بياضُها
فكأنها تحتَ الثرى تتجدد
لم تأتِ من قبرٍ ولا من حُفرةٍ
مازالَ في عينيكَ كحلٌ أسود
هل أنتَ حيٌ لا تراهُ عيونُنا؟
أم ميتٌ في كلِّ يومٍ يولد
يا سيداً في موتهِ وحياتهِ
هذا وداعٌ نارهُ لا تبرد