Cagak Keabadian yang Terbakar
kekasih
lautan;
– nyanyian yang tuhan tinggalkan dalam mimpiku
untuk ia yang ingin memandang matamu
atau kata-kata yang dituang dari gelas keabadian kita yang panjang
perempuan;
-cermin yang tuhan gantung pada dinding jiwaku
hingga aku tak jadi sendiri ketika malam-malamku gelisah
dan tenggelam dalam tubuhku
atau kematian dalam sajak yang tak tertuliskan
langit;
impian air yang bergaun hujan
mencumbu bibirmu
ketika melihatku datang dari suaramu
atau ketika kususun bait-bait nafasmu
menjadi puisi
di sore yang terasing dalam kenanganku
deru puisiku mengguncang pohonan jeruk
kulihat diriku menghirupnya dalam-dalam
dan aku berjalan menuju bangunan kata-kata yang berwarna
karena rindu kedatanganmu untuk menyalakan kayu sajakku
kulihat bayangmu telanjang, kedua sayapnya terbentang
mengelilingi cagak-cagak keabadian yang terbakar oleh api khayal
mencari bara yang nyala
kekasihku
pada gunungan salju keinginan yang mengepung
sihir puisiku meraksa merah bibirmu
kulihat diriku beranjak dari langit ke suaramu
memetik mutiara ketiadaan.
Munir Mezyed, adalah penyair kelahiran Palestina yang diaspora ke Rumania, sajak-sajak di atas diterjemahkan langsung dari salah satu buku puisinya yang berbahasa arab; al-Sihr al-Mu’attaq bi nâr al-‘Isyq, puisinya eksistensialis, ia disebut sebagai satu-satunya pionir dalam pembaharu puisi modern.